Skip to main content

List Perlengkapan yang harus dibawa ke RSIA pada saat mau melahirkan

Untuk Ibu

Wajib

2 buah baju hamil biasa
3 buah baju tidur dengan kancing depan agar mudah menyusui si Kecil
6 buah celana dalam
3 buah sarung
2-3 bra menyusui dan breast pad takut ASI bocor ke baju
3-4 buah gurita dan stagen untuk diikatkan di perut Sang Ibu (melahirkan secara normal, bukan caesar),
bila caesar maka Anda dilarang memakai gurita ini karena akan menyebabkan pendarahan berulang
1 Pakaian yang nyaman dan cantik untuk kepulangan dari RS (preferable long dress)
1 Pak pembalut wanita biasa atau jika mau yang khusus untuk ibu melahirkan
Perlengkapan mandi (handuk, washlap, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, deodoran, sabun, bedak)
Lotion atau baby oil untuk memijat

Optional (tidak wajib)
1 pasang sandal jepit
1-2 buah kain panjang untuk alas sehabis kehamilan
perlengkapan kecantikan (lipstick, bedak, sisir, minyak wangi, alat - alat make up, body lotion)

Additional
Handphone dan Chargernya
Handycam atau Camera buat mengabadikan moment melahirkan
Cemilan kecil dan aqua gelas untuk tamu atau keluarga yang menunggu
Majalah, mp3, buku, tablet atau yang lainnya untuk mengisi waktu

Untuk bayi
2-3 pasang sarung kaki dan tangan bayi
1 buah selimut
2 -3 buah kain bedong buat si Kecil
2 -3 buah baju bayi
3-5 buah cloth diaper atau pampers ukuran terkecil
1 buah cukin / kain gendongan
1 set baju untuk kepulangan biasanya berisi (jumper tangan panjang dan tutup kaki beserta topi dan sarung tangan)

Notes:
Berdasarkan pengalaman no.1-4 biasanya sudah disediakan pihak rs tapi untuk jaga-jaga lebih baik dibawa
Untuk suami
Baju ganti untuk sehari-hari (sebaiknya baju rapih karena seringkali di RS banyak yang mengunjungi)
Baju tidur

Administration Stuff
Buku rumah sakit
Kartu Asuransi (bila ada)
Credit Card, Debit Card atau Uang tunai (untuk keperluan mendesak)
KTP
Kartu Keluarga
Surat Nikah (sapa tau perlu)


Menurut beberapa pendapat setelah melewati 33 mgg barang2 tersebut mesti udah disiapin di tas, kan mana tau melahirkan lebih cepat dari perkiraan.

Semoga segalanya lancar bayi dan ibu sehat selamat!

Comments

Popular posts from this blog

Rangkuman Hasil Terapi Ghiffari selama setahun

Terhitung setahun kurang beberapa minggu (dulu mulai terapi awal February). Rekap Terapi selama satu tahun terakhir: Terapi awal 3 bulan pertama hanya Terapi Sensor Integrasi 2x seminggu. Rabu 08.45-09.30 Jumat 08.45-09.30 Setelah 3 bulan konsultasi lagi ke dr.Luh kemudian ditambah Terapi Wicara, tapi karena baru ada space untuk 1kali. Jadi selama kurang lebih 3 bulan pertama terapi wicaranya hanya satu minggu sekali. Selasa 08.45-09.30 Rabu 08.45-09.30 Jumat 08.45-09.30 Setelah ada space yang kosong akhirnya ditambah jadi 2x terapi. Selasa 08.45-09.30 Rabu 08.45-09.30 Jumat 08.00-09.30 Begitu seterusnya sampai di bulan Oktober kemaren terapis wicaranya ijin cuti melahirkan. Akhirnya ada pergantian jadwal jadi lebih simple si. Cuma 2x sminggu tapi terapi tetep 2x Rabu 08.45-10.15 Jumat 08.00-09.30 Dan selama 1 tahun itu ada kurang lebih 4x pertemuan dengan dr.Luh (3bulan sekali). Untuk evaluasi hasil terapi per 3 bulan. Diagnosa kemungkinan PDD NOS

Sentuhan Ibu: Memberikan yang Terbaik untuk Anak

Tulisan yang dibuat untuk TUM:  Desember tahun ini Ghiffari, anak pertama kami, genap berusia 9 tahun. Berarti sudah 9 tahun lamanya saya menyandang profesi ibu. Dan artinya sudah sekitar 7.5 tahun saya berkutat dengan rutinitas terapi setelah Ghiffari didiagnosa PDD-NOS, salah satu dari 5 gangguan spektrum Autisme. Di awal kehidupannya, Ghiffari adalah bayi yang tidur larut malam, siang jadi malam, malam jadi siang, dan seringkali menangis tanpa sebab. Dugaan kolik mendorong kami untuk rutin memijatnya karena selain untuk mengurangi kerewelannya, saya percaya #SentuhanIbu secara fisik  meningkatkan  bonding  ibu dan anak. Kala itu saat menjalani kehidupan layaknya ibu baru, memiliki buku panduan tentang tumbuh kembang anak adalah hal yang wajib. Dari panduan itu pula saya menyadari ada perbedaan dalam tumbuh kembang Ghiffari sejak ia berusia 8 bulan. Pertanyaan saya ketika itu adalah ke mana sebenarnya pertanyaan ini harus diajukan? Apa yang harus kami lakukan kalau memang ke

a r r i v i s t e

Case 1 : Juleha (bukan nama sebenarnya) senang sekali beli tas baru, setiap pergi ke mall besar macam Grand Indonesia pasti foto depan counter Zar*, Mar* Jac*bs, Coa*h dan lain-lain. Bahkan Juleha berkata “Aduh seneng ya kalo pergi ke Long*hamp murah-murah banget tinggal ambil ini itu ga kerasa deh abis murah-murah kadang CUMA satu jutaan, tau-tau banyak aja” atau di saat lain “aduh banyak pameran mobil gini, gw jd suka pengen beli” Meninggalkan banyak muka ibu-ibu lain yang berdecak kagum mendengarnya. Lalu satu hari Juleha mengirim message ke salah seorang temannya, “Eh kalo biaya masuk sekolah bisa dicicil berapa taun gitu ga sih ko mahal banget ya?” FYI, uang masuk sekolah tidak lebih dari 40 juta (belum seharga mobil baru yang paling murah) Case 2: “Anakku tuh mba marah kalo ga dibeliin IPhone terus bapaknya ga tega yaudah akhirnya dibeliin aja” Supir sudah 3 bulan belum digaji Pembantu minta uang gaji yang dititipkan ke majikan, pas ditagih cuma