Skip to main content

Berenang Yuk Biar Seger

Kemaren pas ngobrol2 ma hubby gw jadi kepikiran buat berenang, soale badan ko rasanya ga enak pegel2 mulu gitu, jadi browsing d aman apa enggaknya berenang soalnya gw kan udah gendut hihihi,,, udah 34 mgg gitu lo,,,

Ini dy hasil browsingan gw diambil dari sini

Berenang, Olahraga Terbaik Ibu Hamil

Kondisi ibu yang sedang hamil seringkali sangat dicemaskan. Akibatnya, segala macam aktivitas fisik, termasuk olahraga dijauhi. Kebanyakan ibu hamil berasumsi bahwa jika banyak bergerak maka risiko keguguran akan meningkat.

Hal tersebut tidak benar! Justru, perubahan fisik karena kehamilan harus dibarengi dengan olahraga. Aktivitas fisik yang teratur membuat, otot-otot tubuh menjadi lentur, napas teratur dan tubuh tidak mudah lelah sehingga kelak ibu akan sukses mengejan kala bersalin.

Nah, salah satu olahraga yang paling disarankan untuk ibu hamil adalah berenang. Mengapa? Selain aman dilakukan pada tiap trimester, olahraga di dalam air memiliki risiko yang sangat kecil terhadap cidera tulang, sendi dan otot.


Ada banyak alasan medis mengapa berenang sangat dianjurkan bagi ibu hamil. Diantaranya:

  • Renang dapat melatih paru-paru dan jantung. Itu sama artinya dengan Anda melakukan olahraga aerobik, berlari, atau berjalan.

  • Berbeda dengan olahraga darat yang dapat membuat suhu tubuh melonjak atau naik. Ketika berenang, suhu badan ibu stabil. Sehingga gangguan pada janin akibat meningkatnya suhu tubuh ibu tidak akan terjadi.

  • Renang membantu menguatkan otot-otot rahim dan sendi-sendi panggul. Sehingga diharapkan kelak proses melahirkan menjadi lebih mudah.

  • Renang bisa menjaga tubuh ibu hamil selalu bugar selama ia menjalani kehamilannya.

Penting untuk diperhatikan
  1. Jangan sekalipun melakukan gaya punggung. Sebab dikhawatirkan akan terjadi penekanan pada pembuluh darah di bagian belakang rahim.

  2. Jangan lakukan gaya kupu-kupu. Gaya ini terlalu banyak melibatkan gerakan pada bagian pinggang sehingga dikhawatirkan akan terjadi benturan pada janin.

  3. Lakukan olahraga ini 3 kali seminggu dan jangan berenang lebih dari 30 menit. Meskipun suhu air dapat menahan kenaikan suhu dalam kandungan, berenang lebih dari 30 menit justru akan meningkatkan suhu dalam kandungan.

  4. Lakukan olahraga ini di pagi hari sebelum pukul 10.00 Wib dan sore hari sesudah pukul 15.00 Wib. Selain agar Anda tidak terpapar sinar ultraviolet udara yang panas sangat tidak baik bagi janin Anda.

Gaya yang dianjurkan

Syarat utama bagi ibu hamil yang akan melakukan olahraga ini adalah harus melakukan gerakan secara tenang, perlahan-lahan, santai dan jangan ada benturan agar rahim tidak tergoncang.

  1. Bagi ibu yang tidak bisa berenang, cukup lakukan gerakan 'berjalan' di kolam renang yang dangkal atau melakukan gerakan aquarobik (senam aerobik di dalam air)

  2. Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan gaya bebas dan gaya dada. Pasalnya, kedua gaya inilah yang paling tenang, perlahan dan tak ada benturan.



Comments

Popular posts from this blog

Rangkuman Hasil Terapi Ghiffari selama setahun

Terhitung setahun kurang beberapa minggu (dulu mulai terapi awal February). Rekap Terapi selama satu tahun terakhir: Terapi awal 3 bulan pertama hanya Terapi Sensor Integrasi 2x seminggu. Rabu 08.45-09.30 Jumat 08.45-09.30 Setelah 3 bulan konsultasi lagi ke dr.Luh kemudian ditambah Terapi Wicara, tapi karena baru ada space untuk 1kali. Jadi selama kurang lebih 3 bulan pertama terapi wicaranya hanya satu minggu sekali. Selasa 08.45-09.30 Rabu 08.45-09.30 Jumat 08.45-09.30 Setelah ada space yang kosong akhirnya ditambah jadi 2x terapi. Selasa 08.45-09.30 Rabu 08.45-09.30 Jumat 08.00-09.30 Begitu seterusnya sampai di bulan Oktober kemaren terapis wicaranya ijin cuti melahirkan. Akhirnya ada pergantian jadwal jadi lebih simple si. Cuma 2x sminggu tapi terapi tetep 2x Rabu 08.45-10.15 Jumat 08.00-09.30 Dan selama 1 tahun itu ada kurang lebih 4x pertemuan dengan dr.Luh (3bulan sekali). Untuk evaluasi hasil terapi per 3 bulan. Diagnosa kemungkinan PDD NOS

Sentuhan Ibu: Memberikan yang Terbaik untuk Anak

Tulisan yang dibuat untuk TUM:  Desember tahun ini Ghiffari, anak pertama kami, genap berusia 9 tahun. Berarti sudah 9 tahun lamanya saya menyandang profesi ibu. Dan artinya sudah sekitar 7.5 tahun saya berkutat dengan rutinitas terapi setelah Ghiffari didiagnosa PDD-NOS, salah satu dari 5 gangguan spektrum Autisme. Di awal kehidupannya, Ghiffari adalah bayi yang tidur larut malam, siang jadi malam, malam jadi siang, dan seringkali menangis tanpa sebab. Dugaan kolik mendorong kami untuk rutin memijatnya karena selain untuk mengurangi kerewelannya, saya percaya #SentuhanIbu secara fisik  meningkatkan  bonding  ibu dan anak. Kala itu saat menjalani kehidupan layaknya ibu baru, memiliki buku panduan tentang tumbuh kembang anak adalah hal yang wajib. Dari panduan itu pula saya menyadari ada perbedaan dalam tumbuh kembang Ghiffari sejak ia berusia 8 bulan. Pertanyaan saya ketika itu adalah ke mana sebenarnya pertanyaan ini harus diajukan? Apa yang harus kami lakukan kalau memang ke

a r r i v i s t e

Case 1 : Juleha (bukan nama sebenarnya) senang sekali beli tas baru, setiap pergi ke mall besar macam Grand Indonesia pasti foto depan counter Zar*, Mar* Jac*bs, Coa*h dan lain-lain. Bahkan Juleha berkata “Aduh seneng ya kalo pergi ke Long*hamp murah-murah banget tinggal ambil ini itu ga kerasa deh abis murah-murah kadang CUMA satu jutaan, tau-tau banyak aja” atau di saat lain “aduh banyak pameran mobil gini, gw jd suka pengen beli” Meninggalkan banyak muka ibu-ibu lain yang berdecak kagum mendengarnya. Lalu satu hari Juleha mengirim message ke salah seorang temannya, “Eh kalo biaya masuk sekolah bisa dicicil berapa taun gitu ga sih ko mahal banget ya?” FYI, uang masuk sekolah tidak lebih dari 40 juta (belum seharga mobil baru yang paling murah) Case 2: “Anakku tuh mba marah kalo ga dibeliin IPhone terus bapaknya ga tega yaudah akhirnya dibeliin aja” Supir sudah 3 bulan belum digaji Pembantu minta uang gaji yang dititipkan ke majikan, pas ditagih cuma