Skip to main content

Ganti Hati - Dahlan Iskan

Cover Buku Ganti Hati



Ada yang udah baca buku ini belum ya? Sekitar 1 bulan yang lalu gw baca buku ini. Sebenernya random choice dan kebetulan gw suka gaya berceritanya Dahlan Iskan. Jurnalis sejati dan Pekerja Keras. Reminds me of my dad. Dan bokap gw juga meninggal karena penyakit Liver. So I feel so much connected with the story.

Ada beberapa point di buku ini yang juga menginspirasi gw. 

1. Detail Gambaran Keadaan

Seperti waktu beliau bilang beliau lebih suka menulis tanpa gambar sehingga pembaca bisa ikut membayangkan apa yang dia maksud makanya beliau selalu menjelaskan ceritanya dengan sangat detail. Menggambarkan bentuk livernya yang udah 'gosong' secara detail sehingga pembaca bisa membayangkan. Menggambarkan keadaan detail rumah sakit dan kamar yang dia tempati di rumah sakit Cina tempat beliau menjalankan operasi Ganti Hati.

2. Bukan pencinta hal mistis

Sebagai orang yang beragama gw liat juga beliau ga sekuler tapi juga orang agama yang berilmu. Terlihat dari bahasan beliau tentang hukum transpalantasi dalam agama Islam. Juga pengalaman nyantri . Tapi salah satu yang gw suka adalah tentang ketakutan istri beliau kalo Dahlan Iskan meninggal dalam keadaan muka menghitam. Karena banyak dipercaya di daerah tertentu bahwa meninggal dalam keadaan muka menghitam berarti ada sesuatu hal buruk yang dilakukan di dunia. Sementara dalam dunia medis sendiri fungsi liver yang buruk dapat menyebabkan efek samping tersebut

3. Realistis

Menyadari kesalahan dirinya sendiri bahwa bekerja terlalu keras sehingga mengesampingkan kesehatan. Kalo bahasa bokap gw dulu waktu sakit "mendzolimi" diri sendiri. Sadar tapi bukan juga menyesali tapi mempelajari dan mengambil tindakan selanjutnya itu penting. Gw sering banget berada dalam posisi menyesali dan berharap bisa menghapus hal dodol yang gw lakukan. Jadi gw tertampar donk baca ini. I should take responsibilty of what I've done rather than feeling sorry for myself.

4. Tetap Belajar dan Menulis

Salut tertinggi gw adalah karena beliau berhasil belajar bahasa Mandarin dalam keadaan sakit. Gw yang notabene sehat aja cuman "sibuk ngurus anak" ko ga bisa memaksa diri gw sendiri buat konsisten belajar. Problem gw mungkin ada disitu. Di bagian KONSISTENSI. :p
Dan yang keren adalah beliau begitu selesai menjalani operasi langsung minta diambilin notebook buat nulisin cerita ini yang akhirnya jadi buku.


RECOMMENDED... 









Comments

Popular posts from this blog

Rangkuman Hasil Terapi Ghiffari selama setahun

Terhitung setahun kurang beberapa minggu (dulu mulai terapi awal February). Rekap Terapi selama satu tahun terakhir: Terapi awal 3 bulan pertama hanya Terapi Sensor Integrasi 2x seminggu. Rabu 08.45-09.30 Jumat 08.45-09.30 Setelah 3 bulan konsultasi lagi ke dr.Luh kemudian ditambah Terapi Wicara, tapi karena baru ada space untuk 1kali. Jadi selama kurang lebih 3 bulan pertama terapi wicaranya hanya satu minggu sekali. Selasa 08.45-09.30 Rabu 08.45-09.30 Jumat 08.45-09.30 Setelah ada space yang kosong akhirnya ditambah jadi 2x terapi. Selasa 08.45-09.30 Rabu 08.45-09.30 Jumat 08.00-09.30 Begitu seterusnya sampai di bulan Oktober kemaren terapis wicaranya ijin cuti melahirkan. Akhirnya ada pergantian jadwal jadi lebih simple si. Cuma 2x sminggu tapi terapi tetep 2x Rabu 08.45-10.15 Jumat 08.00-09.30 Dan selama 1 tahun itu ada kurang lebih 4x pertemuan dengan dr.Luh (3bulan sekali). Untuk evaluasi hasil terapi per 3 bulan. Diagnosa kemungkinan PDD NOS

Sentuhan Ibu: Memberikan yang Terbaik untuk Anak

Tulisan yang dibuat untuk TUM:  Desember tahun ini Ghiffari, anak pertama kami, genap berusia 9 tahun. Berarti sudah 9 tahun lamanya saya menyandang profesi ibu. Dan artinya sudah sekitar 7.5 tahun saya berkutat dengan rutinitas terapi setelah Ghiffari didiagnosa PDD-NOS, salah satu dari 5 gangguan spektrum Autisme. Di awal kehidupannya, Ghiffari adalah bayi yang tidur larut malam, siang jadi malam, malam jadi siang, dan seringkali menangis tanpa sebab. Dugaan kolik mendorong kami untuk rutin memijatnya karena selain untuk mengurangi kerewelannya, saya percaya #SentuhanIbu secara fisik  meningkatkan  bonding  ibu dan anak. Kala itu saat menjalani kehidupan layaknya ibu baru, memiliki buku panduan tentang tumbuh kembang anak adalah hal yang wajib. Dari panduan itu pula saya menyadari ada perbedaan dalam tumbuh kembang Ghiffari sejak ia berusia 8 bulan. Pertanyaan saya ketika itu adalah ke mana sebenarnya pertanyaan ini harus diajukan? Apa yang harus kami lakukan kalau memang ke

a r r i v i s t e

Case 1 : Juleha (bukan nama sebenarnya) senang sekali beli tas baru, setiap pergi ke mall besar macam Grand Indonesia pasti foto depan counter Zar*, Mar* Jac*bs, Coa*h dan lain-lain. Bahkan Juleha berkata “Aduh seneng ya kalo pergi ke Long*hamp murah-murah banget tinggal ambil ini itu ga kerasa deh abis murah-murah kadang CUMA satu jutaan, tau-tau banyak aja” atau di saat lain “aduh banyak pameran mobil gini, gw jd suka pengen beli” Meninggalkan banyak muka ibu-ibu lain yang berdecak kagum mendengarnya. Lalu satu hari Juleha mengirim message ke salah seorang temannya, “Eh kalo biaya masuk sekolah bisa dicicil berapa taun gitu ga sih ko mahal banget ya?” FYI, uang masuk sekolah tidak lebih dari 40 juta (belum seharga mobil baru yang paling murah) Case 2: “Anakku tuh mba marah kalo ga dibeliin IPhone terus bapaknya ga tega yaudah akhirnya dibeliin aja” Supir sudah 3 bulan belum digaji Pembantu minta uang gaji yang dititipkan ke majikan, pas ditagih cuma